Palu, Dr. Irwanto Lubis SH. MH, yang akrab disapa Bang Iwan adalah seorang Pengacara (Advokat) profesional yang tegas dan berintegritas. Tidak berkompromi dalam melakukan tindakan terkait hal-hal prinsip.
Bang Iwan selain seorang pengacara senior juga seorang politisi memiliki Integritas yang tinggi. Bijak, ikhlas dan sangat loyal dan serta peduli terhadap sesama bahkan rakyat kecil (Wong Cilik).
Nama Irwanto Lubis di telinga masyarakat Sulawesi Tengah (Sulteng) bukanlah sosok yang asing. Wajar saja, selain kedekatannya dengan semua elemen masyarakat terutama kalangan buruh, petani dan nelayan.
Bang Iwan yang sebelumnya pernah menjabat anggota DPRD Provinsi Sulteng memutuskan kembali maju Bersama Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Dapil Buol-Toli-Toli.
Menurutnya tujuan utamanya kembali untuk menjadi caleg, murni untuk mengabdikan diri untuk kepentingan masyarakat bawah dan bukan sekedar menjadi politikus tapi menjadi pejuang politik.
Sebab, kalau hanya mencari uang, sudah saja menjadi pengacara seperti yang dilakukannya saat ini sudah lebih dari cukup. Disisi lain,
ramainya orang menjadi caleg ini tentu memicu banyak pikiran dan pandangan yang menyebutkan sisi mana enaknya menjadi wakil rakyat, sehingga memacu orang berkompetisi memperebutkan kursi empuk yang disediakan.
"Kalau mencari uang sebaiknya di dunia pengacara. Namun, menjadi wakil rakyat merupakan salah satu cara menyalurkan ideologi agar benar-benar mendukung kepentingan masyarakat untuk membenahi kekurangan dan sistem yang belum berjalan sebagaimana mestinya tentu saja harus masuk kedalam sistem partai politik, ";tuturnya.
Baca juga:
Tony Rosyid: Anies, JIS, No Rasis
|
Bang Iwan Menambahkan, salah satu pikiran mendasar orang yang bermimpi menjadi wakil rakyat, yakni tergiur dengan gaji yang besar, meski tidak semua tingkatan sama, dimana gaji wakil rakyat di DPR RI, DPD tentu lebih besar di atas DPRD Provinsi atau DPRD kabupaten/kota.
Belum lagi kerap dihembuskannya soal kenaikan penghasilan bahwa gaji anggota dewan yang terhormat pada semua tingkatan bisa mencapai tiga kali lipat. Kondisi ini pula yang membuat ketertarikan orang meraih bisa jadi wakil rakyat.
Baca juga:
Tony Rosyid: Pemilu Ditunda? No Way!
|
Terlepas dari itu, bisa duduk pada tingkat bawah saja sudah memuaskan, terlebih ada pameo yang menyebutkan wakil rakyat itu hanya datang, duduk, diam bisa membuat seseorang yang merasakan jadi orang kaya baru alias (OKB)
“Jadi wakil rakyat itu adalah sebuah hak setiap orang, namun jangan berorientasi hanya dikarenakan gaji yang besar tapi lebih kepada amanah untuk memenuhi harapan masyarakat atau konstituen, ” ungkapnya
Baca juga:
Tony Rosyid: Siapa Pasangan Ideal Anies?
|
Selanjutnya, orang bisa berpikiran menjadi wakil rakyat adalah sebuah kesempatan karena hanya terbersitnya sepengal saja, yakni gaji, tunjangan ataupun insentif yang diasumsikan besar.
Tapi tuntutan secara kepartaian dan konstituen serta integritas selaku wakil rakyat kerap tidak dipikirkan banyak orang.
“Ya, kalau pikiran hanya gaji, anggota dewan selalu dicap minor kinerjanya, ” ujarnya
Bang Iwan berharap, paradigma penilaian kinerja dewan yang selalu santai harus dibuang secara total, setidaknya kata dia sudah saatnya para caleg membuka wawasan dan cara pikir masyarakat, bahwa kinerja lembaga legislatif tidak lain memperjuangkan aspirasi dari amanah yang dipercayakan.
"Dengan mengemban peran sebagai wakil rakyat, anggota legislatif memiliki otoritas yang signifikan dalam menentukan roda pembangunan. Jika melihat peran dan kedudukannya, maka tidak sembarangan politisi yang layak duduk di posisi itu, " tuntas Dr. Irwanto Lubis SH. MH. Ketua Umum Palu Lawyers Club (PLC)
(Basri)